Tingkatan pesilat Perisai Diri dibagi dalam beberapa tingkatan yang
masing-masing ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Secara garis besar,
tingkatan tersebut dikelompokkan dalam Tingkat Dasar dan Tingkat
Keluarga.
Tingkat Dasar terdiri dari Dasar I (Sabuk Putih), Dasar II (Sabuk Hitam) dan Calon Keluarga (Sabuk Merah). Tingkat Keluarga (Sabuk Merah) terdiri dari beberapa tingkatan yang ditandai dengan warna strip pada badge di dada kiri.
Tahapan pelajaran silat Perisai Diri terdiri dari pengenalan, pengertian, penerapan, pendalaman dan penghayatan.
SENAM TEKNIK KOMBINASI
Senam Teknik Kombinasi merupakan susunan gerak silat Perisai Diri
yang dilatihkan kepada pesilat di setiap sesi pelatihan. Sekilas seperti
rangkaian jurus di silat pada umumnya, namun Senam Teknik Kombinasi
bukanlah rangkaian yang perlu dihafalkan seperti jurus di perguruan
silat lain.
Rangkaian gerak Senam Teknik Kombinasi dibuat oleh para pelatih
setempat pada saat latihan berlangsung. Rangkaian gerak ini dibuat
berdasarkan imajinasi pada saat pesilat melakukan Serang Hindar dengan
seorang lawan. Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut dilaksanakan
dengan tenaga dan kecepatan maksimal dan diulang berkali-kali.
Tujuan dari latihan Senam Teknik Kombinasi ini adalah untuk
menciptakan kebiasaan dalam melakukan teknik yang benar dan menciptakan
refleks yang baik terhadap para pesilat. Latihan ini juga akan membentuk
otot-otot para pesilat agar dapat beradaptasi dengan teknik Perisai
Diri. Senam Teknik Kombinasi ini selalu berbeda-beda di setiap sesi
latihan, baik tangan kosong ataupun menggunakan senjata.
TEKNIK SENJATA
Mulai tingkat Dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri tangan
kosong. Pada tingkat selanjutnya diajarkan juga teknik permainan senjata
dengan senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan dasar penguasaan tiga senjata wajib, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya
mewakili senjata panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu
mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan
sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan
senjata lain, seperti celurit, trisula, abir, tombak, golok, pedang samurai, pentungan, kipas, teken, payung, roti kalong, senapan, bayonet, dsb.
Tujuan dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi
pesilat tentang berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik
senjata, maka anggota akan cepat beradaptasi dengan berbagai senjata.
Sebagai contoh, dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti
kelebihan dan kekurangan dari senjata pendek. Bahkan pesilat akan dapat
mengadaptasi benda-benda serupa seperti keris sebagai senjata, atau bahkan pena dan pensil.
Dengan memahami karakteristik senjata ini pula, seorang pesilat akan
mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai macam senjata bila memang
keadaan sudah mendesak.
SERANG HINDAR, SERANG HINDAR BALAS DAN BELADIRI
Metode praktis yang sangat penting untuk dipelajari oleh pesilat Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar.
Pada latihan ini akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang
paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan bijaksana. Sekalipun
berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera amat kecil karena
setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan
hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang melahirkan
motto "Pandai Silat Tanpa Cedera". Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun program pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.
Dalam latihan Serang Hindar, dua orang pesilat saling berhadapan satu
sama lain. Di dekat mereka ada seorang pelatih yang memperhatikan.
Seorang pesilat disebut sebagai A dan seorang lagi disebut dengan B.
Pelatih memberi aba-aba "hup !", bersamaan dengan itu A menyerang B
dengan satu gerakan, sementara B diam menunggu serangan itu dekat dan
kemudian bergerak ke samping untuk melepaskan diri dari serangan A.
Pelatih terus memberi aba-aba hingga 10 kali untuk A menyerang B dan B
harus menghindar saat serangan A sudah dekat. Setelah selesai, giliran B
yang menyerang pada 10 aba-aba kedua.
Itulah salah satu metode latihan berpasangan di silat Perisai Diri
yang dikenal dengan sebutan Serang Hindar. Metode Serang Hindar ini
telah diformulasikan oleh Pak Dirdjo agar bisa memberi rasa aman bagi
kedua pesilat. Selama berlatih, pesilat diminta untuk melakukan serangan
dan hindaran yang sesuai dengan pedoman teknik silat Perisai Diri.
Metode berpasangan yang lain di Perisai Diri adalah Serang Hindar Balas.
Pada metode Serang Hindar Balas, dalam satu aba-aba, A akan melakukan
serangan terhadap B dan B menghindar, kemudian B membalas menyerang A
dan A menghindar. Satu set A serang B hindar dan B balas A hindar,
adalah implementasi dari metode Serang Hindar Balas. Pada 10 aba-aba
pertama, A mendapatkan kesempatan menyerang pertama kali dan B membalas
setelah melakukan hindaran sempurna, sementara pada 10 aba-aba kedua
akan ditukar oleh pelatih, yaitu B menyerang terlebih dahulu.
Tujuan dari latihan Serang Hindar Balas ini adalah untuk melatih
pesilat, terutama bagi si penghindar, untuk menghindar ke arah yang
sulit dilihat oleh lawan, tetapi akan sangat mudah untuk melakukan
serangan balasan. Inilah yang disebut hindaran yang mengunci posisi
lawan. Si penghindar juga harus mempelajari bagaimana ia harus
meletakkan langkah mereka agar dapat mempercepat serangan balasan
berikutnya.
Metode berpasangan lain yang dilatihkan di Perisai Diri adalah Beladiri.
Beladiri adalah dimana saat A menyerang dan B menghindar sambil
melepaskan serangan ke A. Dalam hal ini, B disebut melakukan Beladiri.
Jadi perbedaannya dengan metode sebelumnya adalah, bahwa B tidak
melakukan hindaran sempurna baru membalas, namun B melakukan hindaran
dan serangan dalam satu gerakan.
Sebagai ilustrasi yang sederhana, misalnya A melakukan pukulan ke
arah depan, ketika pukulan tersebut dekat, maka B bergerak ke samping
sambil menusukkan buku tangannya ke arah mata. Dalam hal ini, maka B
melakukan Beladiri.
Ketiga metode di atas, Serang Hindar, Serang Hindar Balas dan
Beladiri akan diajarkan kepada pesilat Perisai Diri baik dari tingkat
Dasar sampai tingkat yang tinggi sekalipun. Metode ini akan
diaplikasikan baik menggunakan tangan kosong ataupun menggunakan senjata
seperti pisau, pedang dan toya.
TEKNIK ASLI
Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari
berbagai daerah di Indonesia yang dipilah dan dikelompokkan sesuai
dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Asli dalam silat
Perisai Diri juga digali dari aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi)
yang dengan kreativitas Pak Dirdjo gerakan maupun implementasinya sudah
dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan
ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan
dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai frame tersendiri,
bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat.
Teknik Asli dalam silat Perisai Diri di antaranya yaitu :
- Burung Meliwis
- Burung Kuntul
- Burung Garuda
- Harimau
- Naga
- Satria
- Pendeta
- Putri
Selain teknik tersebut di atas, ada beberapa teknik yang menjadi
kekayaan teknik silat Perisai Diri, di antaranya yaitu Kuda Kuningan,
Lingsang, Satria Hutan dan Kera, serta beberapa teknik dari beberapa
daerah di Indonesia, di antaranya yaitu Minangkabau, Jawa Timuran,
Cimande, Bawean dan Betawen.
MINANG KABAU
Gerakan teknik Minangkabau
mirip dengan tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat. Salah
satu tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat
otot-otot paha dan otot belakang. Teknik ini juga memberikan pengalaman
tentang bagaimana rasanya bila kita berada pada posisi yang merendah ke
tanah.
Untuk menyerang lawan, teknik Minang seringkali mendahului dengan
membuka bagian lemah dari badannya dengan gerakan yang lambat. Ini
adalah pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih dahulu.
Ketika lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang akan
bergerak sangat cepat dan keras menghancurkan serangan lawan tersebut
dengan sikunya dan dilanjutkan dengan serangan berikutnya.
BURUNG MELIWIS
Burung Meliwis / Belibis
memiliki ciri khas tersendiri dalam bergerak, yaitu bergerak dengan
ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk
melatih kecepatan, keringanan tubuh dan membiasakan diri menapak dengan
ujung kaki. Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan
sendirinya akan melatih otot-otot kaki, betis dan pinggul.
Meliwis menggunakan ujung-ujung jari untuk menyerang lawan. Oleh
karena itu, ia hanya akan menyerang bagian-bagian yang sangat lemah
seperti mata dan leher. Saat menyerang, Meliwis melontarkan tangannya
dengan cepat ke arah lawan dan akan kembali dengan kecepatan yang sama,
sehingga mempersulit lawan untuk menolak.
Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan
tangannya untuk menyerang bagian-bagian seperti leher dan dagu. Teknik
ini juga menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak
dengan cara mengalihkan arah serangan lawan.
BURUNG KUNTUL
Setelah mempelajari teknik Meliwis, pesilat akan menerima pelajaran teknik berikutnya, Burung Kuntul.
Bila saat berlatih Meliwis, pesilat diajarkan untuk bergerak ringan,
kini pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga saat bergerak ringan.
Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang bagian
lemah, tetapi juga bagian lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu
tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan.
Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut. Serangan
dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan
sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola
serangan Kuntul tidak pernah lurus kedepan seperti teknik beladiri pada
umumnya, serangan Kuntul selalu mengarah ke samping.
Untuk menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya
sedemikian rupa, sehingga lawan menjadi berada di samping saat serangan
mencapai target.
BURUNG GARUDA
Garuda
adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Oleh
karena itu, dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya, Garuda
memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi.
Saat berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara
menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang atau
menolak. Karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah, tenaga yang
dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan
Meliwis dan Kuntul.
Garuda menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai perlengkapan dalam
menyerang dan menolak. Teknik ini selalu mengembangkan kelima jarinya
selebar mungkin untuk memperkuat otot tangan bagian samping.
Target serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan menggunakan
sikunya, Garuda akan menotok bagian leher dan mengiris leher tersebut
dengan sisi luar tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus
merobek kulit lawan. Tidak hanya leher, Garuda juga dapat menyerang ke
bagian tengah di antara dua alis mata lawan dan mengirisnya ke sepanjang
garis mata.
Dalam jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian
lemah lawan ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan
jarak pendek ke arah kemaluan lawan.
Untuk melindungi diri dari serangan lawan, Garuda memanfaatkan kaki
untuk menolak bagian bawah dan tangan untuk bagian tengah dan atas.
HARIMAU
Dibandingkan dengan Garuda, teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik itu tenaga, kecepatan, keuletan, keganasan dan fleksibilitas gerakan.
Teknik ini diadaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan
dengan anatomi tubuh manusia. Kemampuan Harimau lebih baik dibanding
Garuda karena teknik ini sudah menggunakan perputaran badan untuk
meningkatkan kecepatan dan tenaga.
Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang ataupun
tinggi. Pada saat posisi merendah, teknik ini akan melebarkan kuda-kuda
agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari
lawan, dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan.
Pada saat posisi tinggi, teknik ini akan mengincar daerah atas seperti
dada dan kepala. Teknik inipun kadang menggunakan lompatannya untuk
menyerang kepala.
Saat menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar,
telapak tangan, lutut, tumit dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini
akan menggunakan perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya.
Target sasaran yang menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka,
telinga, leher, dada, pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.
NAGA
Naga
dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat Perisai
Diri. Oleh karena itu, Naga diberikan pada jenjang teknik hewan terakhir
di silat Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara
langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk
menuju poros tengah lawan saat menghindar, memapas ataupun menyerang.
Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik sebelumnya
karena teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran badan dan
perpindahan berat badan sebagai tambahan tenaganya.
Ditambah lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang
telah menduduki tingkatan Asisten Pelatih. Di tingkat ini, mereka
mendapatkan pelajaran Pernafasan Tahap 1 yang berfokus untuk
meningkatkan tenaga. Oleh karena itu, teknik Naga pun akan semakin kuat
lagi karena para Asisten Pelatih mengkombinasikan teknik dan pernafasan
ke dalam aplikasinya.
Saat menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher, paha dan
tangan. Daerah lemah seperti dagu dan kemaluan juga bisa menjadi sasaran
serangan apabila daerah tersebut terbuka.
SATRIA
Setelah mempelajari teknik hewan, di tingkat ini pesilat akan mulai
mempelajari teknik manusia. Teknik yang pertama dipelajari adalah Satria.
Pada tingkat ini, pesilat dianggap telah mampu menerapkan seluruh
kemampuan dari teknik hewan pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai
suatu teknik manusia, Satria akan mulai meninggalkan karakter
kehewanannya, seperti liar, buas dan brutal. Satria akan berpikir tepat
sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh percaya diri.
Bersamaan dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang pesilat
juga menerima pelajaran Pernafasan Tahap 2 yang difokuskan untuk
meledakkan tenaga. Karena kemampuan dari dua tahap Pernafasan tersebut,
sifat teknik Satria menjadi penuh dengan rasa percaya diri. Ketika
serangan datang, Satria akan menolak, memapas dan merusak perlengkapan
serangan lawan dengan memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik
ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik
Harimau dan Naga.
PENDETA
Dalam Bahasa Jawa, pandito artinya adalah orang yang selalu
memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang lain. Karakter ini pun
terbawa ke dalam teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukan
kebrutalan dan juga tidak banyak merusak ataupun menghancurkan
persendian lawan. Walaupun kemampuan seorang pesilat yang mempelajari Pendeta tetap memiliki kemampuan seluruh teknik di bawahnya, namun teknik ini sendiri tidak akan merusak bila tidak diperlukan.
Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana.
Serangannya hanya berpola lurus, dengan jarak yang dekat. Serangan yang
dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran badan, atau dikenal dengan
istilah gizoboge. Perlengkapan yang digunakan saat menyerang
adalah kepalan tangan, sisi samping badan, kepala dan tumit. Bentuk
tangan dari teknik ini selalu mengepal. Sasaran serangan umumnya adalah
ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian persendian.
PUTRI
Teknik Putri
adalah teknik tertinggi di silat Perisai Diri. Karakter dari teknik ini
bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba berubah menjadi
sangat cepat dan keras, kemudian lembut kembali. Putri menggabungkan
seluruh kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah
dengan kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik
lain. Tenaga yang digunakan bersifat kosong isi. Istilah ini berarti
bahwa Putri akan selalu kosong tidak bertenaga, namun di dalam
kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan
dengan lawan.
Putri seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan.
Baik itu menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak.
Teknik inipun sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang, sehingga
tenaga yang ia keluarkan semakin sedikit. Gizoboge (perputaran
badan) selalu diaplikasikan dalam tekniknya ditambah dengan Pernafasan
Tahap 3 yang selalu mengiringi geraknya. Serangannya bersifat gelap,
yang artinya sulit untuk dilihat lawan. Putri biasanya hanya bereaksi
terhadap serangan lawan. Ia tidak berinisiatif melakukan serangan
terlebih dahulu.
OLAH PERNAFASAN
Ketika pesilat telah menduduki tingkat Asisten Pelatih, ia akan mulai menerima pelajaran teknik olah pernafasan yang berguna baik untuk kebugaran maupun untuk menunjang beladiri. Teknik pernafasan Perisai Diri dibagi menjadi 3 tahap.
Tahap pertama tujuannya untuk menghimpun tenaga. Seorang pesilat akan
belajar teknik pernafasan untuk menambah tenaga dan membuat
otot-ototnya menjadi keras. Hal ini untuk meningkatkan tenaga setiap
pesilat. Namun pada saat pembelajaran tahap ini, biasanya ada kemunduran
yang akan dialami dari sisi kecepatan. Kecepatan si pesilat akan
menurun dari kecepatan sebelumnya.
Ketika seorang pesilat telah menyelesaikan latihan Pernafasan Tahap
1, maka ia harus langsung melanjutkannya ke latihan Pernafasan Tahap 2.
Pada tahap 2 ini akan difokuskan untuk meledakkan tenaga. Tenaga yang
telah mampu dihimpun sebagai hasil latihan di tahap 1, kini diarahkan
untuk dilepaskan dalam bentuk-bentuk teknik, baik serangan, tolakan,
papasan dan bahkan hindaran. Dengan melalui proses tahap 2, maka
kecepatan seorang pesilat berangsur-angsur akan kembali seperti semula
dan bahkan dapat membuat kecepatan semakin meningkat.
Tahap terakhir dari latihan teknik pernafasan ini adalah Pernafasan
Tahap 3. Pada tahap 3 akan ditekankan pada implementasi nafas ke dalam
seluruh gerakan silat. Setelah implementasi tahap 3, seorang pesilat
akan mampu bernafas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan seketika
menghasilkan tenaga saat diperlukan. Seluruh pola pernafasan, cara
implementasi dan penghayatannya akan dilatihkan pada tahap ini. Oleh
karena itu, pelajaran ini hanya akan diberikan kepada Pelatih yang
dituntun langsung oleh seorang Pendekar.
KEROHANIAN
Pesilat yang memiliki keterampilan bertarung setelah mempelajari teknik
silat dan teknik olah pernafasan sangat perlu diberikan pendidikan
mental spiritual agar menjadi pesilat yang berbudi luhur, yang dalam
silat Perisai Diri dikenal dengan istilah pendidikan kerokhanian.
Pendidikan kerokhanian diberikan secara bertahap untuk memberi
pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada umumnya,
sehingga diharapkan tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi
luhur, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah lembut,
serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Keseimbangan antara
pengetahuan silat dan kerokhanian akan menjadikan anggota Kelatnas
Indonesia Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong, dan setiap
saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang Pencipta.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar